Sejarah Penamaan Mangkunegaran Wisata Budaya di Solo, Saudara Raja Dibuang ke Sri Lanka

5 hours ago 3

Sejarah Penamaan Mangkunegaran Wisata Budaya di Solo, Saudara Raja Dibuang ke Sri Lanka

Sejarah Penamaan Mangkunegaran Wisata Budaya di Solo, Saudara Raja Dibuang ke Sri Lanka (Foto Ilustrasi: Freepik)

KERATON Mangkunegaran menjadi satu destinasi wisata budaya di Kota Solo. Lokasi wisata itu berada di tengah kota. Penamaan Mangkunegara tak bisa dilepaskan dari sosok sejarah Pakubuwana II yang merupakan raja terakhir Kasunanan Kartasura yang memerintah sejak 1726- 1742, dan menjadi raja pertama Kasunanan Surakarta yang memerintah sejak tahun 1745 - 1749.

Pada awal pemerintahan Pakubuwana II, beberapa tokoh istana bersaing untuk bertahta, saat itu Pakubuwana II masih berusia 15 tahun. Para pejabat Kartasura pun terbagi menjadi dua kelompok, yaitu golongan yang bersahabat dengan VOC dipelopori oleh Ratu Amangkurat (ibu suri), dan golongan anti-VOC dipelopori Patih Cakrajaya. 

Selain dua tokoh tersebut, tokoh penting lain adalah Arya Mangkunegara, kakak Pakubuwana II dari ibu yang berbeda, yang dulu terlibat Perang Suksesi Jawa II, namun menyerah dan diampuni oleh ayahnya (Amangkurat IV). Kini, ia menjadi tokoh kuat yang dibenci oleh Patih Cakrajaya. 

Sebagaimana dikisahkan pada "Babad Tanah Jawi", dari Soedjipto Abimanyu, pada tahun 1728, Cakrajaya berhasil menjebaknya seolah ia berselingkuh dengan istri Pakubuwana II. Maka, atas desakan Pakubuwana II, VOC terpaksa membuang Arya Mangkunegara ke Sri Lanka, kemudian ke Tanjung Harapan.

Seperti telah disebutkan, pada masa Pakubuwana II, Ratu Amangkurat memiliki peranan penting dalam taktik politik yang dilancarkan oleh Pakubuwana II. Selama Pakubuwana Il memerintah, dikabarkan bahwa Ratu Amangkurat, selain Patih Danureja, banyak berperan dalam politik di istana. Belanda pun menganggap bahwa keduanya, baik Ratu Amangkurat maupun Patih Danureja, adalah orang-orang yang cerdik. 

Beberapa hal yang dicatat sebagai kiprah politik dari Ratu Amangkurat, pertama di mana untuk mendekati Pakubuwana II, para bupati daerah atau para pejabat lainnya di lingkungan Kerajaan Mataram sering kali perlu beraudiensi terlebih dahulu dengan Ratu Amangkurat. Mereka menganggap bahwa ibu suri ini banyak berpengaruh atas putranya yang menjadi raja itu.

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |