Jakarta, CNN Indonesia --
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan Indonesia bakal membelanjakan US$15,5 miliar atau sekitar Rp250,9 triliun (asumsi kurs Rp16.189 per dolar AS) untuk produk energi AS demi menurunkan tarif resiprokal 32 persen yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump.
Besaran nilai tersebut akan digunakan untuk impor produk LPG, LNG, dan minyak mentah dari Negeri Paman Sam. Dengan demikian, diharapkan neraca dagang antar kedua negara bisa seimbang.
"Jadi untuk belanja energi kan kita menyesuaikan impor dari Amerika Serikat. Untuk tahun ini sesuai dengan komitmen kita untuk trade balance antara Indonesia dengan Amerika, ini akan menyesuaikan dengan negosiasi," ujar Yuliot ditemui di Kementeriannya, Jumat (4/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kami sudah lakukan pemetaan dari ESDM. Yang pertama kan kita membutuhkan LPG, jadi untuk LPG kita juga akan meningkatkan impor dari Amerika. Kemudian crude (minyak mentah) untuk kebutuhan dalam negeri," imbuhnya.
Langkah yang sama, kata Yuliot, juga dilakukan oleh Vietnam. Negara tersebut bahkan sudah selesai negosiasi dan tarifnya langsung diturunkan Trump, dari awalnya 46 persen menjadi 20 persen. Keberhasilan Negeri Naga Biru itu diharapkan bisa menular ke Indonesia, terutama karena cara negosiasi yang dilakukan sama.
"Jadi langkah yang sama juga akan dilakukan oleh Indonesia bagaimana trade balance," jelasnya.
Khusus untuk minyak mentah, Yuliot mengatakan selama ini Indonesia sudah membeli milik AS, namun dilakukan melalui negara lain atau pihak ketiga. Dengan negosiasi ini, maka nanti pemerintah akan langsung melakukan pembelian ke Negeri Paman Sam, termasuk untuk produk LNG.
"Selama ini kan juga kita mengimpor crude, ada yang dari Amerika tetapi melalui negara lain. Jadi nanti akan diusahakan pencatatan langsung untuk impor dari Amerika," terangnya.
Sementara, untuk impor BBM dari AS, pemerintah masih belum memutuskan. Sebab, pihaknya lebih mendorong pemanfaatan dari dalam negeri.
"Jadi karena untuk BBM itu kan juga kita diusahakan peningkatan produksi di dalam negeri. Dengan selesainya beberapa progres untuk perbaikan yang ada di kilang-kilang dalam negeri, kemudian upgrade teknologi, kita juga akan melihat sebagian besar kebutuhan itu akan berasal dari dalam negeri," pungkasnya.
(ldy/pta)