Kisah Jilan, Driver Ojol Halalkan Pacar Lewat Nikah Massal di Istiqlal

6 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Putri Dani Firliva (22) dan Jilan Rizalullaah Sugiarto (21) resmi menikah bersama ratusan pasangan muda-mudi yang memadati Masjid Istiqlal untuk ikut pernikahan massal yang digelar Kementerian Agama (Kemenag), Sabtu (28/6).

Dengan senyum sumringah keduanya bercerita lega bisa menghalalkan hubungan sebagai suami dan istri bukan di gedung mewah dan pesta besar dengan biaya puluhan juta.

Pilihan mereka mungkin tak lazim bagi sebagian orang, tapi sangat masuk akal bagi mereka berdua, terutama setelah menunggu selama tiga tahun sejak pertama kali berpacaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya karena kita udah pacaran lama, sekitar tiga tahun. Udah ada rencana nikah, tapi ya budgetnya terbatas," kata Jilan, yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek online (ojol) kepada CNNIndonesia.com.

Program nikah massal ini datang di waktu yang tepat. Ketika informasi tentang acara ini mereka dapatkan, keduanya mulai mempertimbangkan dengan serius.

"Awalnya ada pertentangan dari orang tua. Karena nikah massal kan nggak seperti orang lain, nggak umum," kata Firli, sapaan akrab istri Jilan.

"Tapi kita juga awalnya rencana nikah intimate tahun depan. Ya enggak beda jauh kan. Jadi ya udah, ikut ini aja, gratis juga," tambahnya sambil tersenyum.

Di balik kepraktisan keputusan mereka, tersimpan pula semangat membangun kehidupan rumah tangga secara realistis.

"Sebenarnya kalau nikah di KUA juga sah ya. Tapi di sini kita juga dapat souvenir, fasilitas, jadi terasa lebih terbantu buat yang budgetnya terbatas," ucap Jilan.

Menikah di Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan menggembirakan bagi mereka. Yang membuat mereka makin terharu adalah kejutan fasilitas dari panitia.

"Awalnya cuma tahu dapat souvenir, foto, sama katanya ada bantuan modal usaha. Eh ternyata juga dikasih hotel. Katanya bahkan ada honeymoon juga, walau kita belum tau bener atau enggaknya," cerita Firli sambil tertawa.

Keduanya mengaku lega bisa melegalkan hubungan mereka di usia muda, tanpa harus berutang atau memaksakan pesta mewah.

"Kalau aku pribadi memang kurang suka nikah yang mewah-mewah untuk satu hari doang. Misal Rp50 juta cuma buat sehari, mendingan dipakai buat DP rumah," kata Firli.

Dengan penghasilan sekitar Rp4 juta per bulan dari Jilan dan Rp3 juta dari Firli yang bekerja sebagai host live, mereka sadar bahwa hidup setelah pernikahan akan lebih menantang. Namun mereka sudah membicarakan rencana jangka panjang.

"Untuk sekarang mungkin jalan berdua dulu, mantapin ekonomi. Ke depan sih pingin usaha bareng," kata Firli.

Mereka juga melihat pernikahan ini sebagai cara untuk lebih hemat secara berkelanjutan.

"Justru kalau udah nikah sah, kita malah lebih hemat. Dulu waktu pacaran banyak jalan-jalan, bensin habis. Sekarang bisa quality time di rumah aja, nonton film bareng," kata Firli sembari tertawa kecil.

Sebanyak 100 pasangan turut serta dalam prosesi nikah massal ini, yang merupakan bagian dari peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H.

Bukan cuma untuk warga muslim atau tidak mampu

Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan program nikah massal yang digelar Kemenag tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam, melainkan terbuka untuk seluruh pemeluk agama di Indonesia. Ia juga menyatakan kegiatan ini tidak terbatas bagi kalangan kurang mampu saja.

"Kita tidak membeda-bedakan agama. Semua warga negara berhak mendapatkan kemudahan untuk melangsungkan pernikahan sesuai ajarannya masing-masing," kata Nasaruddin di Masjid Istiqlal.

Ia mengungkapkan sebagian peserta dalam program ini datang dari latar belakang ekonomi menengah.

"Saudara bisa lihat, di sana tadi ada dokter. Tingkat ekonominya bagus, tapi ingin mendapatkan pemberkahan dengan acara seperti ini," ujarnya.

Menurutnya, program ini penting untuk memberikan legalitas pernikahan, termasuk bagi pasangan yang sebelumnya menikah secara tidak resmi. Ia menjelaskan pencatatan pernikahan berdampak langsung terhadap akses administrasi bagi anak-anak mereka.

"Kalau orang tidak punya akta nikah, anaknya susah dapat akta kelahiran. Kalau tidak ada akta kelahiran, sulit dapat KTP, lalu paspor. Ujungnya, tidak bisa berhaji," jelasnya.

Lebih lanjut, Nasaruddin menyampaikan pihaknya mengimbau seluruh Direktorat Jenderal di lingkungan Kemenag, termasuk yang menaungi umat Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu, untuk memfasilitasi pernikahan warganya sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

(del/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |