Jakarta, CNN Indonesia --
Dua petinggi militer dan dua ahli nuklir Iran tewas dalam serangan Israel, Jumat (13/6) dini hari. Selain itu sebanyak 50 orang dilaporkan terluka dalam serangan drone Israel ke ibu kota Teheran itu.
1. Mayor Jenderal Hossein Salami
Mayor Jenderal Hossein Salami adalah Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC). Kematian Salami dikonfirmasi oleh media pemerintah Iran.
Salami bergabung di IRGC sejak perang Iran-Irak dio era tahun 80-an, saat ia masih jadi mahasiswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meniti karier di IRGC, ia akhirnya diangkat jadi pemimpin tertinggai IRGC pada 21 April 2019 menggantikan Mohammad Ali Jafari.
Perannya di IRGC disebut sangat sentral.
CNN menyebut peran Salami sangat sentral di militer Iran. Ia juga disebut salah satu orang yang paling berkuasa di Iran. Sebagai penanggung jawab militer, ia bertanggung jawab langsung ke pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
"Tidak diragukan lagi, Mayor Jenderal Salami adalah salah satu komandan Revolusi Islam yang paling terhormat - hadir di semua lini jihad ilmiah, budaya, keamanan, dan militer," kata IRGC dalam sebuah pernyataan, Jumat (13/6), seperti dilansi dari CNN.
"Di semua arena, dia berdiri di garis depan dengan semangat ketulusan, kebijaksanaan, dan pengabdian kepada Pemimpin Tertinggi, membela cita-cita Revolusi dan rakyat Iran," tambah pernyataan itu.
2. Mayor Jenderal Mohammad Bagheri
Bagheri adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran. Kabar tewasnya Bagheri disebut dalam laporan media televisi pemerintah.
"Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, meninggal," demikian laporan media televisi pemerintah Iran seperti dikutip dari AFP.
Bagheri merupakan tokoh terkemuka dan punya peran penting di dunia militer Iran. Dia duduk di posisi tertinggi dalam militer Iran sejak 2016.
Sebagai kepala staf, dia bertugas mengoordinasikan dan mengawasi Angkatan Darat (Artesh), Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), dan Pasukan Penegak Hukum (Faraja).
Selain itu, Bagheri menjadi anggota Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (SNSC). Ia juga sosok yang dikenal menolak perjanjian nuklir, Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang bertujuan mengurangi program nuklir Iran. Menurutnya, kesepakatan tersebut tak menguntungkan negara Timur Tengah ini.
4. Fereydoun Abbasi-Davani
Abassi merupakan salah satu ilmuwan nuklir top di Iran. Ia sempat menjabat sebagai Kepala Organisasi Energi Atom Iran dari tahun 2011 hingga 2013.
Tidak hanya itu, Abbasi merupakan politikus yang juga pernah menjabat di Parlemen Iran. Abassi juga anggota dari Garda Revolusi Iran (IRGC) sejak 1979.
Melansir berbagai sumber, Abbasi kerap dikaitkan dengan program senjata nuklir Iran. Merujuk laporan Institut untuk Sains dan Keamanan Internasional (ISIS), Abbasi merupakan ilmuwan kunci dalam program senjata nuklir rahasia Iran yang dipimpin oleh Mohsen Fakhrizadeh-Mahabadi, seorang pendukung kuat program senjata nuklir Iran.
Abbasi disebut secara langsung mengawasi pekerjaan untuk menghitung daya ledak senjata nuklir serta pekerjaan terkait sumber neutron berenergi tinggi.
4. Mohammad Mehdi Tehranchi
Sementara itu, Tehranchi merupakan fisikawan teoretis Iran. Ia juga menyandang gelar profesor di Institut Penelitian Laser dan Plasma serta Departemen Fisika Universitas Shahid Beheshti.
Ia juga anggota dewan pengawas dan presiden Universitas Islam Azad. Tehranchi pernah menjabat sebagai rektor cabang pusat Tehran Universitas Islam Azad, Universitas Islam Azad Provinsi Tehran, dan Universitas Shahid Beheshti.
(sur/sur)