Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan kembali pentingnya hubungan strategis Indonesia dan Jepang dalam memperkuat kemakmuran serta stabilitas kawasan Asia-Pasifik.
Hal ini disampaikan Airlangga dalam pertemuan bilateral dengan State Minister for Foreign Affairs Jepang, Fujii Hisayuki, di sela-sela OECD Ministerial Council Meeting di Paris, Selasa (3/6).
Pertemuan ini memperkuat komitmen kedua negara dalam bidang perdagangan, investasi, dan pembangunan berkelanjutan. Salah satu pembahasan utama adalah dukungan Jepang terhadap proses aksesi Indonesia menjadi anggota penuh OECD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia telah menyerahkan Initial Memorandum kurang dari setahun setelah menerima Accession Roadmap, dan menargetkan penyelesaian proses dalam tiga tahun.
"Proses aksesi Indonesia ke OECD bukan hanya tentang integrasi ekonomi, tetapi juga tentang memperkuat komitmen kami dalam menciptakan sistem pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel," ungkap Airlangga.
Di bidang ekonomi, tercatat total nilai perdagangan barang antara Indonesia dan Jepang mencapai US$35,67 miliar pada tahun 2024, melampaui tingkat sebelum pandemi. Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang mencatat surplus sebesar US$5,74 miliar.
Jepang juga merupakan investor asing terbesar keenam di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$3,46 miliar, tersebar di lebih dari 12.800 proyek di sektor strategis seperti transportasi, mesin, elektronik, dan industri kimia.
Airlangga menambahkan, kerja sama dengan Jepang di sektor investasi menunjukkan kedua negara sangat berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan sekaligus memperkuat perekonomian nasional Indonesia.
Airlangga mengatakan, Indonesia apresiasi terhadap pendekatan Jepang dalam merespons kebijakan tarif Amerika Serikat. Strategi comprehensive package yang diterapkan Jepang dinilai sejalan dengan langkah Indonesia dalam menjajaki dialog perdagangan bilateral, termasuk isu tarif dan hambatan non-tarif.
Indonesia juga menyoroti pentingnya kerja sama dalam menjaga ketahanan rantai pasok (supply chain resilience) di kawasan Asia-Pasifik.
"Penting bagi Indonesia dan Jepang untuk terus mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan tarif dan menjaga stabilitas ekonomi di kawasan Asia-Pasifik," jelas Airlangga.
Kerja sama di bawah Asia Zero Emission Community (AZEC) semakin menguat, dengan sejumlah proyek penting seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Muara Laboh yang sudah memasuki tahap konstruksi. Pemerintah Indonesia dan Jepang membentuk joint task force untuk mengatasi hambatan pelaksanaan proyek.
Selanjutnya, Airlangga mengakhiri pertemuan dengan optimisme bahwa kemitraan strategis Indonesia dan Jepang tidak hanya akan mendukung pertumbuhan ekonomi kedua negara, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan bagi stabilitas dan kemajuan kawasan Asia Pasifik.
(ory/ory)