Update TBC Indonesia: Lebih dari 1 Juta Kasus dan 125 Ribu Kematian

19 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus tuberkulosis (TBC) mencapai angka yang cukup serius di Indonesia. Saat ini terdapat 1.090.000 kasus TBC dengan angka kematian sebanyak 125 ribu jiwa.

Dengan jumlah tersebut, Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi kasus TBC di dunia, hanya berada di bawah India yang mencatat 2,8 juta kasus dan 315 ribu kematian.

Angka kasus yang tinggi ini bukan hanya menjadi perhatian dalam konteks penyakit menular, tapi juga mengungkap masalah mendasar dalam sistem kesehatan yakni, jumlah dokter spesialis yang minim, khususnya dokter paru dan mikrobiologi klinik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyebut bahwa salah satu hambatan besar dalam penanganan TBC, terutama jenis yang resisten terhadap obat, adalah keterbatasan tenaga spesialis paru di daerah.

"Kenapa dibutuhkan tiap kabupaten atau kota? Karena ada masalah penanganan penyakit paru, yaitu resistensi obat. Ini butuh spesialis yang mumpuni untuk melakukan penanganan," ujar Dante saat ditemui di Jakarta Timur, Kamis (12/6) mengutip detikHealth.

Idealnya, setiap kabupaten atau kota di Indonesia memiliki setidaknya satu dokter spesialis paru untuk memastikan akses rujukan dan pengobatan yang lebih merata, terutama bagi pasien dengan kondisi TBC yang kompleks.

Namun tantangan tak berhenti di sana. Menurut Ketua Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) Arianti Anaya, Indonesia juga kekurangan dokter spesialis mikrobiologi klinik, yang memiliki peran krusial dalam mendiagnosis infeksi TBC secara akurat.

Diagnosis tersebut dilakukan melalui berbagai uji laboratorium seperti kultur, tes cepat molekuler, serta pemeriksaan resistensi obat.

"Hingga saat ini baru ada 367 dokter spesialis mikrobiologi. Kalau kita lihat dari sisi kebutuhan, kita butuh 1.252 dokter. Artinya, kita baru mengisi sekitar 26,6 persen dari kebutuhan nasional," ungkap Arianti.

Padahal, hasil pemeriksaan mikrobiologi menjadi dasar penting bagi dokter paru dalam menentukan pengobatan yang tepat dan efektif. Kekurangan ini memperbesar risiko keterlambatan diagnosis dan pengobatan, serta meningkatkan penyebaran TBC yang sulit dikendalikan.

(tis/els)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |