Suku Badui dari Arab hingga Banten, Kenapa Punya Nama Sama?

5 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Penamaan suku Badui biasanya merujuk pada masyarakat yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Masyarakat yang terkenal menjaga tradisi leluhur ini sering menjadi sorotan karena kehidupan sosialnya. Bahkan kini sudah menjadi bagian dari wisata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari buku "Badujs en Moslim" karya Nicolaas J.C. Geise, dituliskan bahwa nama Badui tidak diliputi misteri atau rahasia.

"Nama ini diberikan kepada sekelompok orang yang bermukim di kawasan Gunung Badui dan daerah aliran Ci Badui," ulis Nicolaas yang pernah menjadi Rektor pertama Universitas Parahiangan Bandung tahun 1950-an.

"Tinggi Gunung Badui sendiri kurang lebih tiga ratus meter dan Sungai Ci Badu ada di bagian utara batas kawasan Badui."

Nicolass asli Belanda yang punya nama sunda Niti Ganda itu, pernah melakukan penelitian masyarakat Badui pada tahun tersebut. Dia bukan orang Belanda yang menyebut Badui untuk suku yang berada di kawasan Pegunungan Kendeng itu.

Dikutip dari Baduicorner, para ilmuwan Belanda sudah melakukan hal yang sama, misalnya A.A. Pennings menulis "De Badoewi's in Verband met enkele Oudhen in de Residentie Bantam" (TGB, XLV, 1902). Kemudian J. Jacobs dan J.J. Meijer menulis "De Badoej's" ('s-Grahenhage: Martinus Nijhoff, 1891). Dan Pleyte menulis "Badoejsche Geesteskinderen" (TBG, 54, afl. 3-4, 1912). W.R. Van Hoevell menulis "Bijdragen tot de Kennis der Badoeinen in het Zuiden der Residentie Bantam" (TNI, 7, IV, 1845).

Sehingga ada yang berpendapat bahwa orang Belandalah yang pertama menamai Badui terhadap warga di kawasan Banten Selatan itu. Penamaan itu disebut awalnya menyamakan dengan karakteristik suku pengembara Badui (Bedouin) di jazirah Arab.

Hal itu bisa dilihat dari penggunaan istilah Badoewi (A.A. Pennings), Badoej (J. Jacobs dan J.J. Meijer) dan (Pleyte), dan Badoei (W.R. Van Hoevell).

Selain itu menurut Garna K. Judhistira dalam "Masyarakat Badui di Banten" dalam Koentjaraningrat (Editor) dalam "Masyarakat Terasing di Indonesia" disebutkan bahwa orang Belanda biasa menyebut mereka dengan sebutan Badoei (Badui), Badoej, Badoewi, Urang Kanekes dan Urang Rawayan.

Mengacu ke Suku Arab Badui?

Suku Badui di Arab memang tinggal di kawasan terpencil. Dari sisi mereka sering disebut disebut badw (banyak) dan badawi (tunggal) atau bedoin dalam lidah orang Barat.

Dari sinilah (suku Badui Arab) diperkirakan penamaan suku Badui bermula.

Sementara gaya hidup yang dijalani suku Badui Arab disebut badawah (nomad), artinya berpindah-pindah. Mengutip Britannica, mereka hidup nomaden di gurun Timur Tengah, terutama Afrika Utara, Jazirah Arab, Mesir, Israel, Irak, Suriah, dan Yordania.

Sebagian besar suku Badui adalah penggembala hewan yang bermigrasi ke gurun selama musim dingin yang hujan dan kembali ke lahan pertanian pada bulan-bulan musim panas yang kering.

Suku-suku Badui secara tradisional diklasifikasikan berdasarkan spesies hewan yang menjadi mata pencaharian mereka.

Pengembara unta menempati wilayah yang luas dan terorganisasi menjadi suku-suku besar di gurun Sahara, Suriah, dan Arab. Pengembara domba dan kambing memiliki wilayah jelajah yang lebih sempit, terutama di dekat wilayah pertanian di Yordania, Suriah, dan Irak.

Pengembara ternak terutama ditemukan di Arab Selatan dan Sudan, tempat mereka disebut Baqqārah (Baggara).

Secara historis, banyak kelompok Badui juga menyerang kafilah dagang dan desa-desa di pinggiran wilayah pemukiman atau meminta bayaran dari wilayah pemukiman sebagai imbalan atas perlindungan.

(imf/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |