CNN Indonesia
Minggu, 29 Jun 2025 15:20 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Partai Republik mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencabut kewarganegaraan, bahkan yang lebih ekstrem, mendeportasi calon wali kota New York Zohran Mamdani. Simak alasannya.
"Partai Republik meminta Trump mencabut kewarganegaraan Zohran Mamdani dan mendeportasinya dari negara (Amerika Serikat)," tulis laporan Economic Times, Minggu (29/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mamdani adalah calon kuat wali kota New York dari Partai Demokrat. Politikus Muslim berusia 33 tahun itu berhasil mengalahkan pesaing terberatnya, yaitu mantan Gubernur New York Andrew Cuomo dalam pemilihan primary Partai Demokrat.
Ia mengantongi 43 persen suara, sedangkan Cuomo hanya meraup 36,4 persen suara. Jika Mamdani menang dalam pemilihan wali kota pada November 2025 nanti, dirinya bakal jadi wali kota Muslim pertama asal India dalam sejarah New York.
"Partai Republik menuduh hal itu (keberadaan Zohran Mamdani) tidak cukup mencerminkan Amerika, dengan alasan bahwa ia baru menjadi warga negara kurang dari 10 tahun," sebut kubu Trump.
"Zohran Mamdani yang radikal tidak boleh dibiarkan menghancurkan kota New York tercinta kita," serang Kelompok Republik di New York.
Kendati demikian, bukan perkara mudah untuk mendeportasi Mamdani. Pemerintahan Trump harus membuktikan semua tuduhan yang ditujukan ke Mamdani di Pengadilan Federal lewat bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan.
Meski kewarganegaraan Zohran Mamdani dicabut, ia tidak akan otomatis dideportasi karena tetap memegang green card. Kendati begitu, status kewarganegaraannya menjadi lebih rentan.
Zohran Mamdani dikenal sebagai sosok lantang pengkritik agresi Israel di Gaza, Palestina. Bahkan, ia mengaku siap menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu apabila menang dalam pemilihan wali kota dan Netanyahu berkunjung ke New York.
Di lain sisi, Presiden Donald Trump dengan keras menyuarakan kebenciannya terhadap kemenangan Mamdani dalam pemilihan primary. Ia melabeli pria kelahiran Uganda itu sebagai 'komunis gila'.
"Kita sudah pernah punya politikus sayap kiri radikal sebelumnya, tapi yang satu ini sudah kelewatan. Penampilannya sangat buruk, suaranya menyakitkan didengar, dan tak terlalu pintar," ucap Trump di Truth Social beberapa waktu lalu.
(skt/dmi)