1 day ago
5
Jakarta, CNN Indonesia --
Gunung Penanggungan, gunung suci yang terletak di perbatasan Kabupaten Pasuruan dan Mojokerto, Jawa Timur, pernah menghadapi ancaman serius akibat aktivitas penambangan pasir dan batu (sirtu).
Gunung yang dikenal sebagai kawasan wisata alam sekaligus cagar budaya ini menyimpan ratusan situs arkeologi dari era Hindu-Buddha, seperti candi, petirtaan, dan gua pertapaan.
Namun, maraknya tambang ilegal kala itu telah merusak ekosistem dan warisan sejarah yang tak ternilai di Gunung Penanggungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan Data dari Forum DAS Pasuruan (FDP) 2024, aktivitas penambangan sirtu di lereng Gunung Penanggungan, khususnya di Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, telah menyebabkan lahan kritis seluas 2.500 hektar dari total 31.873 hektar di Kabupaten Pasuruan.
Penggalian material menggunakan alat berat tidak hanya merusak vegetasi di gunung yang juga situs purbakala itu, tetapi juga memperparah risiko banjir dan longsor di wilayah sekitar.
Data dari Forum DAS Pasuruan (FDP) tahun lalu menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan ini berkontribusi pada bencana hidrometeorologi yang kian sering terjadi.
Selain dampak lingkungan, penambangan dinilai bertentangan dengan status Gunung Penanggungan sebagai kawasan cagar budaya yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui SK Gubernur No. 188/18/Kpts/013/2015.
Warga setempat sempat mengeluhkan kurangnya transparansi dalam penerbitan izin tambang. Mereka menuntut penghentian aktivitas yang merusak desa wisata dan warisan sejarah, seperti Candi Belahan dan Petirtaan Jalatunda.
Pemerintah Kabupaten Pasuruan sebelumnya telah menyatakan penolakan terhadap tambang sirtu karena tidak sesuai dengan tata ruang wilayah dan status zona lindung.
Masyarakat lokal yang peduli akhirnya turut mendesak Polda Jawa Timur untuk mengambil tindakan tegas guna menghentikan tambang ilegal di Gunung Penanggungan dan memulihkan kerusakan lingkungan.
Langkah ini diharapkan dapat menyelamatkan Gunung Penanggungan sebagai warisan budaya dan alam yang tak tergantikan di Jawa Timur.
(wiw)
