Bos Indomaret Yakin Tak Ada 'Rojali' yang Datang ke Gerainya

9 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur PT Indomarco Prismatama (Indomaret) Wiwiek Yusuf meyakini konsumen yang datang ke gerainya memang berniat belanja, bukan sekadar jalan-jalan tanpa membeli alias rombongan jarang beli (rojali).

Hal itu disampaikan merespons fenomena perubahan perilaku belanja masyarakat di tengah persaingan antara ritel offline dan online.

"Saya pikir gini, karena kan kalau fenomena itu kan lebih (terjadi) ke mal-mal ya. Nah, kalau Indomaret ini kan lebih dekat ke konsumen. Jadi artinya mereka yang butuh perlu ke Indomaret," ujar Wiwiek dalam konferensi pers di Kantor Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor, Jakarta Pusat, Selasa (22/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ke mal mungkin mereka ngadem, istilahnya kalau dalam bahasa Jawanya ya. Ya, itu bisa terjadi. Tapi kalau selama di Indomaret, selama ini sih apa yang dia datang mereka biasanya berbelanja," tambahnya.

Wiwiek menjelaskan karakteristik gerai Indomaret sebagai toko ritel yang menyasar kebutuhan harian masyarakat turut mempengaruhi pola belanja konsumennya.

Menurutnya, sebagian besar pengunjung datang dengan tujuan yang lebih praktis dan fungsional.

Fenomena 'rojali' sendiri sebelumnya sempat mencuat sebagai gejala belanja masyarakat yang berubah di tengah tekanan ekonomi. Banyak pengunjung mal datang hanya untuk melihat-lihat barang tanpa membeli, atau sekadar menikmati pendingin udara.

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin menganggap fenomena tersebut sebagai hal yang lumrah dan sulit dipantau secara khusus.

"Ya, kalau itu sih enggak akan bisa kita pantau secara khusus, ya. Kita juga sering ke mal cuma buat lihat-lihat, belanja di Mangga Dua. Ya, kan itu enggak bisa diiniin ya. Orang jalan-jalan, searching, terus lihat harga, harganya enggak cocok, terus lihat yang lebih murah, kan itu mungkin," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai pilihan antara belanja offline atau online adalah hak konsumen. Dalam era digital saat ini, keduanya bersaing dalam hal harga, kualitas, hingga pengalaman berbelanja.

"Ya, jadi kan kita bebas. Kita mau beli di offline, online kan bebas ya. Orang kan juga pasti mencari harga yang murah dengan kualitas yang bagus. Tapi kalau ternyata melihat di online juga bagus atau murah ya silakan saja pilih-pilih. Karena begini, kalau di offline kan bisa ngelihat fisiknya," kata Budi.

Ia menambahkan tren seperti live shopping juga berkembang untuk menjembatani pengalaman fisik di dunia digital.

"Namanya persaingan ya, persaingan offline, online kan setara. Ya, jadi silakan aja mbake ngecek-ngecek ke offline. Tapi akhirnya bisa aja beli di online atau offline, ya itu kan pilihan saja," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |