Jakarta, CNN Indonesia --
Perang Iran vs Israel yang berlangsung sejak 13 Juni lalu semakin berkobar dan pelik setelah Amerika Serikat turun tangan ikut menyerang Teheran.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan berhasil membombardir dan melenyapkan sejumlah fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6) malam waktu setempat.
Sementara itu, serangan AS ke Iran berlangsung pada Minggu (22/6) waktu Teheran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS menuturkan serangannya ke Iran melibatkan sedikitnya tujuh pesawat bomber siluman B-2 yang menjatuhkan puluhan bom penghancur bunker atau "bunker buster".
Dikutip CNN, Amerika melancarkan serangan-serangan ini dalam operasi yang dinamakan Midnight Hammer. Apakah itu?
Beberapa jam setelah AS melancarkan serangan ke Iran ini, sejumlah pejabat pertahanan AS mengungkap sejumlah detail terkait Midnight Hammer Operation ini.
Dikutip Breaking Defense, operasi ini menyasar tiga situs nuklir besar. Kepala Staf Militer Gabungan AS, Jenderal Dan Caine, menuturkan pihaknya turut mengerahkan setidaknya 25 pesawat militer, puluhan pesawat tanker minyak, sebuah kapal selam rudal, dan menembakkan setidaknya 75 artileri presisi ke wilayah Iran dalam operasi ini.
Operasi yang diberi sandi Operation Midnight Hammer ini dilaksanakan oleh Komando Pusat AS (US Central Command) di bawah komando Jenderal Erik Kurilla.
"Semalam, atas perintah Presiden, US Central Command yang dipimpin Jenderal Erik Kurilla melancarkan Operation Midnight Hammer-serangan terencana dan presisi terhadap tiga fasilitas nuklir Iran... Operasi ini dirancang untuk secara signifikan melumpuhkan infrastruktur senjata nuklir Iran," kata Caine.
Menurut Caine, operasi ini direncanakan dan dijalankan lintas domain dan wilayah, dengan koordinasi yang mencerminkan kemampuan AS untuk memproyeksikan kekuatan secara global, secara cepat dan tepat di waktu serta tempat yang kami tentukan sendiri.
"Ketika paket serangan Operasi Midnight Hammer memasuki wilayah udara Iran, AS menggunakan berbagai taktik pengelabuan, termasuk decoy (umpan), sementara pesawat tempur generasi keempat dan kelima menyebar di depan paket serangan pada ketinggian dan kecepatan tinggi, menyisir area terlebih dahulu untuk mengantisipasi keberadaan jet tempur musuh dan ancaman rudal darat ke udara," jelas Caine.
"Ini adalah misi dengan klasifikasi sangat tinggi, dan hanya segelintir orang di Washington yang mengetahui waktu maupun detail rencana ini," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan pemerintah memberi tahu pimpinan Kongres mengenai operasi ini segera setelah pesawat-pesawat AS keluar dari zona bahaya.
Sementara itu, melalui platform X, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump telah melakukan "panggilan kehormatan bipartisan" ke pimpinan Kongres, termasuk berbicara dengan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer "sebelum serangan."
"Rencana ini memerlukan persiapan selama berbulan-bulan dan penempatan kekuatan secara strategis agar kami siap ketika Presiden AS memberikan perintah," ujar Hegseth. "Operasi ini sangat presisi, melibatkan pengelabuan, dan dilakukan dengan tingkat keamanan operasi yang paling tinggi."
(bac/rds)