AS Bersiap Hadapi Serangan Siber, Pantau Hacker Iran di Darkweb

5 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat (AS) bersiap menghadapi gelombang serangan siber dari Iran, setelah militer mereka mengebom tiga fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.

Tiga hari setelah serangan AS, otoritas berwenang memantau aktivitas Iran di darkweb, eksekutif rumah sakit bersama FBI juga memeriksa ancaman siber yang berpotensi dilancarkan Iran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Iran, balasan terhadap AS jauh lebih mudah dilakukan di ruang siber daripada secara fisik. Hacker yang terkait dengan Tehran sebelumnya telah menyerang rumah sakit dan fasilitas air di Amerika Serikat.

"Balasan Iran sudah dimulai, dan dimensi digital dari itu mungkin tidak akan lama lagi menyusul," kata Adam Meyers, wakil presiden senior di perusahaan keamanan siber CrowdStrike, melansir CNN, Senin (23/6).

"Elemen siber ini memungkinkan mereka untuk memperluas pengaruh dan memberikan kesan bahwa mereka tidak terlibat secara langsung," lanjut dia.

Meyers mengatakan saat ini belum ada kebocoran data yang dialami oleh perusahaan atau lembaga di AS oleh hacker Iran. Kendati begitu, hacker Iran dilaporkan telah memindai internet untuk mencari software yang rentan dan secara terbuka membahas balasan terhadap organisasi AS.

Analis intelijen Departemen Keamanan Dalam Negeri AS telah memperingatkan tentang ancaman siber dari Iran. Menurutnya Tehran dapat menargetkan pejabat pemerintah AS jika pemimpin Iran meyakini stabilitas atau kelangsungan rezim mereka terancam.

"Jika ada dan rentan, mereka memiliki kemungkinan lebih besar untuk menargetkannya," kata seorang pejabat AS yang memantau ancaman peretasan Iran.

AS menuduh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di balik rangkaian serangan siber yang menargetkan fasilitas air di AS sejak agresi israel ke wilayah Gaza pada 2023.

Dalam satu insiden, peretas pro-Iran berhasil meretas peralatan industri yang terhubung ke internet di sebuah pabrik air di luar Pittsburgh. Hal ini memaksa pabrik tersebut mengoperasikan salah satu stasiun pompa secara manual.

Para hacker menulis pesan anti-Israel di monitor yang mereka retas.


Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), yang merupakan bagian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), mengaku sedang berkoordinasi dengan pemerintah, industri, dan mitra internasional untuk berbagi informasi intelijen yang dapat ditindaklanjuti terkait potensi serangan siber Iran.

"Saat ini tidak ada ancaman kredibel spesifik terhadap wilayah dalam negeri," kata juru bicara CISA, Marci McCarthy, dalam sebuah pernyataan.

Pihak berwenang AS mengaku terus memantau kelompok peretas yang terkait dengan Iran.

"Serangan siber tingkat rendah terhadap jaringan AS oleh kelompok hacktivis pro-Iran kemungkinan terjadi, dan aktor siber yang terkait dengan pemerintah Iran mungkin melakukan serangan terhadap jaringan AS," kata DHS dalam peringatan publik pada Minggu.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |