CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 19:05 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan mengapa Amerika Serikat (AS) meminta akses komoditas strategis Indonesia dalam bentuk kerja sama national security.
"Kita tahu ada komponen bahan baku yang bisa digunakan sebagai bahan peledak. Nah, itu yang strategic trade management itu penting. Ada keterbukaan antara dua pihak sehingga bisa memonitor impor dan ekspor dual function daripada komunitas yang nilainya strategis," bebernya dalam Konferensi Pers Joint Statement Indonesia-AS di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (24/7).
"Mereka (Amerika Serikat) juga ingin mengetahui, jangan sampai komponen strategis ini jatuh kepada pihak-pihak, termasuk untuk terorisme atau yang lain," jelas Airlangga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump meminta kerja sama yang dituangkan dalam strategic trade management. Ini dijelaskan Gedung Putih dalam Agreement on Reciprocal Trade (ART) yang dirilis pada 22 Juli 2025.
Anak buah Presiden Prabowo Subianto itu mengatakan komoditas strategis Indonesia mencakup mineral kritis. Penggunaan komoditas penting itu juga ada di pesawat udara, ekosistem kecerdasan buatan (AI), data center, sampai industri ruang angkasa.
"Jadi, strategic trade management ini sekarang sedang kita bahas dengan Kementerian Perdagangan," bebernya.
ART dirilis White House usai Presiden Trump resmi menurunkan tarif resiprokal 32 persen untuk Indonesia menjadi 19 persen. Akan tetapi, Amerika menuntut sejumlah syarat.
Menurut pernyataan White House, Amerika Serikat dan Indonesia diklaim berkomitmen memperkuat kerja sama ekonomi dan keamanan nasional. Salah satu tujuan kerja sama national security itu adalah guna mengendalikan ekspor.
"Secara umum, joint statement menggambarkan kesepakatan yang telah dibahas. Amerika Serikat menunjukkan poin-poin penting dan komitmen politik, baik Indonesia maupun Amerika yang akan menjadi dasar perjanjian perdagangan nanti," tutur Airlangga.
"Tentu akan dilanjutkan dengan pembahasan lanjutan yang menyangkut kepentingan kedua negara. Perundingan masih akan terus berlangsung untuk bicara detail teknis," tandas sang Menko.
(skt/agt)